Minggu, 07 Juni 2020

Teknik Wawancara dan Reportase via Vlog

Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan oleh seorang wartawan kepada narasumber untuk mendapatkan sumber informasi secara tatap muka. Sedangkan reportase yaitu teknik pelaporan suatu berita atau informasi kepada khalayak. Saat ini kita membahas tentang via vlog, nah tentunya kita sedikit mengetahui bahwa vlog itu sendiri bersifat lebih santai dan juga menggunakan alat camera yang di pegang oleh wartawan itu sendiri. Biasanya teknik mengambilannya ada 2 orang  yaitu seoarang penyiar yang akan membacakan berita dan yang satu akan merekam menggunakan camera lainnya dari arah yang berbeda. Nantinya file rekaman yang didapat ada 2 yaitu camera yang dipegang sendiri oleh penyiar dan satunya hasil rekaman reporter yang mengambil gambar atau video dari sudut yang berbeda si penyiar tersebut. Kita bisa lihat contoh di youtube SCTV, atau liputan 6 tentang David Rizal yang menyampaikan sebuah berita tumpukan sampah di kota jakarta dengan Via Vlog. Di situ sangat jelas bagaimana prosesnya, ada 2 reporter: yang satu sebagai penyiar berita dan yang satu merekam atau mengeambil gambar si penyiar tersebut melakukan siaran dari sudut berbeda. Fungsi dari adanya 2 camera karena agar tidak jenuh dengan 1 frame gambar. Oleh sebab itu, nantinya ada proses pengeditan dari dua file camera tersebut dan dijadikan sebuah satu video yang berdurasi pendek tetapi tetap berkesan dan pesan tersampaikan kepada khalayak. Karena adanya proses pengeditan terlebih dahulu, maka biasanya sebuah berita yang disampaikan via vlog tidak secara langsung. Lebih ke berita yang soft news, feature, dan karena kita sudah tau vlog sifatnya lebih santai jadi kurang formal jika meyiarkan berita secara langsung dengan gaya via vlog.

Contoh: kita bisa membuat sebuah wawacara atau reportase via vlog saat ini dengan tema yang gampang yaitu: kuliner di kota kudus. Yang kita perlukan 2 camera dan 1 teman yang merekam kita saat wawancara dan lainnya. Kita juga tak lupa membawa barang-barang yang lainnya seperti power bank, dan juga mengecek semua barang yang kita perlukan, tidak lupa camera juga di cek dulu. Setelah itu tentukan kuliner di kota kudus apa aja yang mau di bikin berita via vlog, seperti: soto kudus, lentog tanjung, jenang, dll. Kemudian kita mengambil gambar disetiap tempat kuliner yang kita tuju, lalu setelah selesai tinggal mengedit semua file dijadikan satu agar menjadi sebuah 1 video yang berdurasi singkat dan layak diterima khalayak.

Wawancara Dan Reportase Tunda di Televisi

Pengertian Wawancara

Untuk peliputan berita diperlukan sebuah proses wawancara dengan sumber berita atau yang disebut dengan narasumber. Menurut Asep Syamsul, wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita (data atau fakta). Proses wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (face to face) atau secara tidak langsung. Dalam televisi ataupun radio banyak sekali kita jumpai acara yang berbentuk wawancara. Dalam melakukan wawancara, dibutuhkan seorang pewawancara yang dapat memposisikan dirinya untuk mewakili khalayak. Hal ini berarti, daftar pertanyaan tersebut yang diajukan kepada sumber berita dapat memancing jawaban, dimana jawaban tersebut merupakan informasi yang bener- benar tepat dan bersumber dari masyarakat sendiri. Ketika di tengah masyarakat muncul sebuah isu, seorang wartawan sesegera mungkin mencari kebenaran dan fakta yang ada dengan melakukan proses wawancara. Karena bersamaan dengan munculnya isu, terdapat pula ketidakpastian yang dirasakan oleh masyarakat akan isu tersebut. Untuk menghilangkan ketidakpastian tersebut wartawan perlu mempersiapkan pertanyan-pertanyan yang dapat memancing jawaban yang dapat memposisikan masalah yang terjadi sesuai dengan porsinya. Selain narasumber yang harus mengetahui masalah secara jelas dan tepat, seorang wartawan juga perlu menguasai permasalahan yang dijadikan topik bahasan. Dengan demikian proses wawancara dapat berjalan dengan baik.

Wawancara dapat berkembang menjadi lebih hidup jika pewawancara mampu mengembangkan pertanyaan dari jawaban narasumber, di samping narasumber sendiri juga memang menguasai permasalahan yang dibahas.

Fungsi Wawancaran
Dalam sebuah proses wawancara tentu ada yang mewawancarai dan ada pula yang diwawancarai. Karena dalam proses tersebut bertujuan untuk menanyakan hal-hal yang membutuhkan informasi yang benar dan tepat.

Pengertian Reportase
Selain dengan proses wawancara, peliputan berita juga dapat dilakukan dengan reportase. Reportase adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan, ke “TKP” (tempat kejadian perkara). Jadi seorang wartawan harus terjun langsung ke tempat terjadinya suatu perkara untuk mencari fakta dan mengumpulkan data mengenai peristiwa yang terjadi.
Dalam buku Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi, Fajar Junaedi
menyebutkan bahwa Reportase adalah kegiatan meliput berita dari narasumber,
kemudian ditulis dalam naskah berita atau dilaporkan kepada pemirsa.
Dalam hal ini, fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsur-
unsur berita, yakni 5W+1H. Kemudian peristiwa tersebut juga bernilai jurnalistik
atau bernilai berita, yakni aktual, faktual, penting, dan menarik.
Selain melaporkan sebuah peristiwa, seorang reporter juga memberikan tambahan
informasi yang berkaitan dengan peristiwa yang sedang terjadi, seperti latar
belakang peristiwa, maksud dan tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal
serupa kapan pernah diadakan, dll.
Reportase bersifat sistematis dan kronologis. Sebelum melakukan
reportase, tentu terdapat naskah yang harus disiapkan. Naskah tersebut berisi hal-
hal penting yang nantinya akan disampaikan untuk melaporkan berita, dan
reporter perlu mempersiapkan diri serta mencari bahan-bahan reportase yang
berkaitan  Dalam melaporkannya, reporter tinggal mengombinasikan peristiwa
yang terjadi dengan referensi yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.

Maka dari itu reporter dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan
keterampilan dalam melaporkan berita. Semakin banyak reporter melakukan
reportase, maka semakin matang pula dalam melakukan reportase di lapangan.

Fungsi Reportase
Dari beberapa definisi reportase dan teknik reportase yang penulis
temukan dari beberapa referensi buku, penulis menemukan beberapa fungsi yang
dirangkum sebagai berikut :

Sebagai sumber berita
Reportase dapat berfungsi sebagai sumber berita bagi khalayak. Karena
dilihat dari definisinya sendiri sudah jelas bahwa reportase ini melporkan kejadian
langsung dari tempat kejadian perakara yang nantinya akan disiarkan secara
langsung atau siaran tunda. Dengan reportase, khalayak dapat menyaksikan secara
jelas dari tempat kejadian langsung meskipun hanya melalui media. Menjelaskan
dan melaporkan apa yang dilihat dan apa yang terjadi dilokasi kejadian
Sebagaimana definisi dalam penjelasan pada poin sebelumnya bahwa
reportase merupakan melaporkan berita langsung dari tempat kejadian. Maka
reportase ini berfungsi menjelaskan sekaligus melaporkan kepada khalayak terkait
peristiwa ataupun acara yang berlangsung di suatu tempat.
Segi Definisi
Reportase merupakan pelaporan peristiwa atau acara yang dilaporkan
secara langsung dari tempat kejadian peristiwa. Reportase dapat disiarkan dengan
siaran langsung maupun tunda. Sedangkan berita merupakan uraian tentang
peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita, dan sudah disajikan
melalui media massa periodik.
Segi Fungsi
Reportase berfungsi menjelaskan atau melaporkan apa yang dilihat
dilokasi kejadian, sedangkan berita berfungsi menginformasikan fakta yang
timbul sebagai akibat adanya suatu peristiwa dan atau pendapat.

Siaran tunda yaitu kebalikannya dari siaran langsung. Jika siaran langsung
dapat dilihat dan disaksikan secara langsung, pada siaran tund, hasil reportase
tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak, tetapi direkam dulu dalam pita
tape. Dan nantinya akan disiarkan sesuai waktu yang sudah direncanakan. Dengan
demikian, kesalahan-kesalahan yang terjadi pada reporter ataupun kesalahan yang
lain akan diperbaiki, sehingga dapat ditayangkan dengan maksimal.

Wawancara dan Reportase Tunda di Radio

A. Pengertian Wawancara
merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat,
pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa.
B. Pengertian Reportase
adalah suatu laporan yang dilakukan oleh reporter atau wartawan mengenai suatu
peristiwa yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri (on location). Reportase melaporkan
suatu kejadian, tapi baru disiarkan kemudian, dan kalau perlu sesudah disusun kembali
(delayed broadcast, after event broadcast) atau disiarkan setelah disunting kembali (re-edit)
sekaligus ditambah dengan efek suara (sound effect). Dilihat dari segi pemberitaan, reportase
pada hakikatnya adalah suatu berita. Namun, beritanya sangat panjang dan diberitakan pada
waktu peristiwanya sedang berlangsung.
C. Reportase Tunda (after broadcast / delayed report)
yaitu Laporan tunda, atau istilah lain laporan kemudian (tidak lazim dipergunakan,
tapi sering disebut pada saat akan terjun ke lokasi peliputan) juga merupakan salah satu
bentuk reportase dan bagian dari pengembangan berita. Unsur-unsurnya adalah penggunaan
kalimat bebas, penundaan waktu siaran dengan tetap memerhatikan aktualitas berita, dan
hanya melibatkan seorang reporter.
Tahapan membuat Laporan Langsung/Tunda diacara radio :
I. Persiapan
II. Penentuan judul
1. Bahan Penunjang
a. Hasil wawancara
b. Pidato/sambutan
c. Penjelasan/keterangan
d. Sound effect

2. Bahan Dokumentasi
a. referensi,brosur,naskah
b. Rekaman suara
III. Pelaksanaan
1. Menyusun Naskah
a. Obyek
Tulis satu kalimat pendek yang ingin diucapkan. Satu kalimat kurang lebih 15
perkataan biasanya menuangkan 1 – 2 ide/gagasan.
b. Daya Tarik Perhatian (Ear Catcher/Eye Catcher)
- kalimat pertama harus selalu kalimat pendek
- kalimat pertama berbentuk pertanyaan yang menarik atau statement yang menentang
c. Pengarahan Satu/dua kalimat yang membantu audience mulai berfikir pada hal-
hal yang ada dalam pikiran kita.
d. Pesan cerita
- terbesar materi naskah merupakan cerita
- persoalan yang dikemukakan harus jelas
- menarik minat pendengar/penonton
e. Penutup
- Kalimat pendek
- Pesan dengan kata terbatas
- Pilih kata-kata yang tidak mudah dilupakan
- Gagasan yang dituangkan adalah yang baik

2. Sistem Piramida terbalik (Sistem Blok)
3. Bahan materi dirangkaikan dalam suatu kalimat, bebas, padat, singkat dan jelas
4. Penyesuaian/editing antara materi naskah dengan materi rekaman suara
5. Naskah siap dibaca
6. waktu seefisien mungkin.

Wawancara dan Liputan di Media Cetak

A. Teknik wawancara berita
Wawancara media cetak adalah tanya jawab antara reporter media cetak dengan
narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan atau keterangan dari
narasumber tersebut. narasumber diwawancarai karena dua alasan, yaitu : pertama,
karena narasumber dianggap menguasai permasalahan. Kedua, karena ia terlibat
langsung atau tidak langsung (hanya menyaksikan) dengan kejadian atau peristiwa yang
menjadi topik pembicaraan. Jadi, tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan
keterangan langsung dari sumber berita yaitu keterangan aktual dari pelaku atau saksi
suatu peristiwa yang bernilai berita.
Wawancara dilakukan guna mendapatkan kejelasan fakta (misalnya dari pihak
berwenang) tentang suatu kejadian. Wawancara juga dibutuhkan guna mendapatkan
kesaksian dari pihak-pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa misalnya saksi mata,
korban, pelaku, dan sebagainya. Selain itu, bila diperlukan tanggapan dari pihak yang
ahli.
Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1. Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware yang diperlukan.
2. Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi
ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat
bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis
sosial.

Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak
diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu
memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai persiapan wawancara, yaitu:
a. Melakukan riset sebelum wawancara dilakukan

Riset ini dapat dilakukan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan
tema apa yang akan diwawancara dan siapa juga yang akan diwawancarai. Selain
itu juga, dengan membuka arsip berita yang berhubungan dengan tema apa yang
akan diwawancara.

b. Usahakan menyusun pertanyaan dengan baik
Jika wawancara singkat, maka lebih baik langsung pada pokok persoalan,
namun sebaliknya jika ada waktu yang cukup panjang untuk melakukan wawancara
maka lebih baik wawancara diawalidengan pertanyaan dasar kemudian berlanjut
pada pertanyaan pokok.

c. Harus ada persiapan jika pertanyaan dijawab tidak sesuai harapan

Misalnya ada narasumber yang saat diwawancarai hanya menjawab “ya” dan
“tidak”. Dalam sebuah wawancara, jawaban yang seperti ini bukanlah jawaban
yang relevan. Untuk itu, sebelum wawancara harus ada persiapan pengembangan
gagasan bila pertanyaan yang diajukan dalam wawancara tidak sesuai harapan. Ini
berarti harus ada rencana (plan)A dan B yang telah disiapkan.

d. Berani mengambil keputusan
Dalam wawancara yang dilakukan secara mendadak tanpa ada persiapan
khusus seperti karena ada momentum, maka reporter harus berani melakukan
spontanitas dalam mengambil keputusan dalam wawancara.

e. Dalam situasi tertentu, reporter sebelum wawancara sudah menjalin kontak
komunikasi dengan narasumber yang akan diwawancarai
Jika tidak memungkikan untuk menjalin kontak komunikasi dengan
narasumber karena narasumber sibuk atau pejabat yang susah dihubungi, maka
reporter dapat menghubungi staf atau ajudannya.

Tidak semua berita layak untuk dipublikasikan, berikut kriteria layak berita:
1. Timeliness dan immediacy
Peristiwa yang memiliki kelayakan berita yaitu peristiwa yang segar, baru
terjadi beberapa detik yang lalu. Dengan kata lain, peristiwa yang baru saja saja
terjadi merupakan peristiwa yang layak menjadi berita. Ini berarti semakin baru
peristiwa, maka semakin memiliki kelayakan berita.

2. Proximity
Peristiwa yang layak menjadi berita bisa juga dilihat dari unsur kedekatan
(geografis, emosional) dengan pembaca, relevansi bagi pembaca. Semakin dekat
kita dengan peristiwa, maka semakin penting berita tentang peristiwa tersebut bagi
kita. Selain kedekatan secara geografis, proximity juga bisa menyangkut aspek
emosinal.

3. Conflict
Konflik baik yang berbentuk fisik (perseteruan antar kelompok) dan nonflik
(perbedaan pendapat) umumnya akan menarik perhatian khalayak. Berita tentang
demonstrasi yang berujung bentrok, kerusuhan, pendebatan para pilitisi, dan berita-
berita dari media massa dengan menempatkannya sebagai berita utama. Alasan
redaksi media massa menempatkan berita-berita seperti ini adalah realitas bahwa
konflik secara umum akan menarik perhatian khalayak.

4. Eminence and Prominence
Eminence and Prominence berarti menyangkut peristiwa dan/atau orang
terkenal. Maksudnya sesuatu yang menyangkut peristiwa dan/atau orang terkenal
akan memiliki kelayakan berita yang lebih dibandingkan dengan sesuatu yang
menyangkut peristiwa dan/atau orang tidak terkenal.

5. Consequence and Impact

Consequence and Impact ini berarti peristiwa memiliki konsekuensi pada
kehidupan khalayak serta menimbulkan rangkaian peristiwa lain tentu akan
semakin layak untuk mendapat perhatian khalayak. Semakin besar konsekuensi
yang muncul sebagai akibat dari peristiwa tersebut dalam kehidupan khalayak,
maka akan semakin besar pula perhatian khalayak terhadap berita tersebut.

6. Human interest

Human interest berarti peristiwa yang menarik perhatian dan menyentuh
perasaan khalayak. Peristiwa yang menatik perhatian ini, misalnya peristiwa yang
aneh, unik dan tidak biasa, menarik perhatian khalayak sehingga layak diberitakan.
Bahkan bisa jadi peristiwa tersebut tidak lagi aktual, tidak memiliki dampak
bagi khalayak, tidak memiliki kedekatan, tidak ada konflik serta tidak menyangkut
orang atau peristiwa terkenal, namun layak menjadi berita karena menyentuh
perasaan.
Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tips untuk
menunjang suksesnya sebuah wawancara.
1. Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
2. Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan
mudah dimengerti.
3. Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum
jelas untuk dimengerti.
4. Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk
ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
5. Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
6. Hindari gaya interogasi.
7. Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran yang
sebetulnya sudah dimiliki.
8. Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
9. Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
10. Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan
yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
11. Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
12. Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif nara
sumber.
Ke dua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah
wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan
kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang
jurnalis ”haram” mendatangi narasumber dengan kepala kosong.

B. Teknik peliputan berita

Dalam pencarian berita, seorang wartawan atau reporter memperoleh bahan
baerita melalui liputan atau mencari tahu secara langsung ke lapangan. Menurut AS
Haris Sumadiria (2006:94), berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik.
Kita harus bisa mencari dan menciptakan berita. Berikut ini ialah bagaimana berita
diduga melalui meeting:
Proses pencarian dan penciptaan berita diduga dimulai dari ruang redaksi
melalui forum dapat proyrksi (rapat perencanaan berita/rapat peliputan/rapat rutin
wartawan dibawah koordinasi koordinator liputan). Rapat biasanya dilaksanakan
sore atau malam hari, dihadiri seorang atau beberapa redaktur. Dalam rapat ini,
setiap reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan.
Namun, untuk berita yang sifatnya tak diduga atau tiba-tiba, AS Haris
Sumadiria (2006:96) menyatakan:
Untuk berita yang sifatnya tiba-tiba atau tak terduga, reporter atau wartawan
harus pandai-pandai berburu /hunting. Sebagai pemburu, wartawan harus memiliki
beberapa kemampuan dasar, yaitu memiliki kepekaan yang tajam (sense of news),
daya pendengaran berita yang baik (hear of news), mengembangkan daya
penciuman berita yang tajam (niose of news), mempunyai tatapan penglihatan
berita yang tajam yang jauh dan jelas (news seeing), piawai dalam melatih indra
perasa berita (news filling), dan senantiasa diperkaya dengan berbagai pengalaman
berita yang dipetik dan digali langsung dari lapangan (news experience).
Jadi, meliput berita dapat dilakukan setelah melewati proses perencanaan
dalam rapat proyeksi redaksi, misalnya dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk
memuat kasus pembunuhan melibatkan penjabat negara. Maka wartawan akan
melakukan wawancara dengan penjabat yang bersangkutan. Selama wartawan
melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber, maka kegiatan tersebut
dinamakan mencari berita (news hunting).
Terdapat tiga teknik peliputan berita, diantaranya:
1. Reportase (pencarian), wartawan mendatangi lokasi peristiwa atau kejadian.
Setiba di lapangan, wartawan segera mengumpulkan data dan informasi
sebanyak-banyaknya.

2. Wawancara, sebelum melakukan wawancara wawancara dengan narasumber.
Wartawan harus menyediakan alat tulis dan tape recorder, kemudian
merumuskan pertanyaan. Setelah itu, wartawan melakukan tanya jawab dengan
saksi mata dan sumber lainnya yang terkait dalam suatu peristiwa. Namun,
apabila informasi yang didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat
mencari data dari tempat lain atau pihak-pihak terkait.
3. Riset kepustakaan dan kantor berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan
dapat mencari kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan kantor berita.
Seperti menggunakan fasilitas internet, makalah dan kliping, atau dengan cara
membeli berita dari kantor berita.

Teknik peliputan ini ditentukan setelah adanya rapat proyeksi. Dalam rapat ini,
para redaktur akan memberi penugaran kepada wartawan untuk mencari, menggali,
dan mendapatkan informasi dari narsumber. Selain itu, tidak ada penugasan (lepas),
ini merupakan teknik peliputan dari inisiatif wartawan sendiri dalam mencari,
memburu dan mengolah berita.
Salah satu bekal wartawan saat meliput berita di lapangan, wartawan harus
memiliki kemampuan lobby pendekatan kepada narasumber pada saat meliput
berita. Hal ini penentu kelengkapan data nantinya.

Wawancara dan Reportase untuk Berbagai Konteks

A. Reportase
1. Reportase terencana

Merupakan proses reportase menyangkut hal-hal yang telah ditentukan
sebelumnya, dalam peliputan ini fakta, peristiwa, dan data bisa diperoleh lebih lengkap
dan akurat.
Reportase terencana lebih mudah tetapi penuh dengan tantangan. Karena
ssudah terduga dan terencana, maka fakta peristiwa dan data dapat diperoleh lebih
lengkap dan akurat. Reportase ini dapat berupa siaran news, seperti: siaran langsung,
debat public, feature, investigasi.
2. Reportase tidak terencana

Merupakan proses reportase menyangkut hal-hal yang tidak terduga atau belum
direncanakan sebelumnya. Seperti kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan kejadian
tidak terduga lainnya.
Reportase tidak terencana juga bisa merupakan penugasan mendadak dari
redaksi, sehingga mau tidak mau seorang reporter harus terjun langsung kelapangan.
Dalam konteks wawancara dan repostase bencana, media massa memiliki peran
dalam konteks penebritaan pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Jurnalis
yang menjadi ujung tombak media massa di lokasi bencana menjadi aktor penting dalam
tiga konteks pemberitaan bencana ini.
Saat pra bencana, jurnalis yang terjun ke lokasi bencana bertanggung jawab
untuk memberikan informasi terkini yang akurat kepada masyarakat di sekitar lokasi
bencana yang memiliki potensi terdapat bencana.
Sedangkan saat bencana terjadi, jurnalis harus mampu memberikan informasi
yang valid mengenai lokasi bencana, jumlah korban, potensi bencana susulan, area yang
bisa menjadi jalur dan tempat evakuasi, sehingga dapat berdampak langsung maupun
tidak langsung.
Pasca bencana, jurnalis harus mampu memberikan informasi yang menunjang
program pemulihan bagi korban yang terdampak bencana.

B. Wawancara
Steward & Cash (1982) mendefinisikan wawancara sebagai sebuah proses
komunikasi interpersonal, dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, bersifat
serius, yang dirancang agar tercipta interaksi yang melibatkan aktivitas bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
 Live interview
Interview ini dilakukan di studio dengan mengundang orang yang akan di
wawancarai.
 Interview by appointment
Pewawancara melakukan wawancara di kediaman orang yang diwawancarai.
 Press conferences/press briefieng
Wawancara ini dilakukan pada saaat berlangsungnya suatu konferensi pers.
Singh (2002) menuliskan bahwa terdapat dua macam wawancara yaitu
wawancara formal dan informal. Wawancara formal atau disebut juga wawancara
terstruktur adalah sebuah prosedur sistematis untuk menggali informasi mengenai
responden dengan kondisi dimana satu set pertanyaan ditanyakan dengan urutan yang
telah disiapkan oleh pewawancara dan jawabannya direkam dalam bentuk yang
terstandardisasi.
Wawancara informal adalah sebuah wawancara dimana tidak dipersiapkan
terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan, tidak ada persiapan urutan pertanyaan, dan
pewawancara yang berkuasa penuh untuk menentukan pertanyaan sesuai dengan poin-
poin utama (Singh, 2002)
Kelebihan wawancara formal adalah metode ini biasanya mempunyai validitas
yang lebih tinggi dibandingkan wawancara informal. Akan tetapi, metode ini juga
mempunyai setidaknya dua kelemahan. Pertama, prosedur melaksanakan wawancara
tipe ini membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Kedua, validitas
wawancara formal biasanya lebih rendah dibandingkan beberapa metode lain seperti

analisa biodata, ataupun tes psikologis yang terstandardisasi (Guilford, dalam Singh,
2002).
Kelebihan wawancara informal, pertama karena sifatnya yang lebih fleksibel
dalam mengumpulkan data sehingga wawancara informal lebih sering digunakan
dibanding wawancara formal. Kedua, dengan metode wawancara informal
pewawancara dapat menggali data lebih dalam, sehingga mendapatkan pemahaman
yang lebih banyak atas orang yang di wawancara. Namun wawancara informal juga
memiliki kelemahan, diantaranya pertama, pada wawancara informal terdapat
kemungkinan pengaruh pribadi dan bias yang besar dari pewawancara dibandingkan
dengan wawancara formal. Kedua, wawancara jenis ini membutuhkan kemampuan yang
lebih tinggi. Pewawancara diharapkan berlaku diplomatis, cerdas, mempunyai
keterampilan sosial yang tinggi, dan memiliki pengetahuan yang tinggi atas substansi
yang diteliti. Ketiga, data yang didapat dari wawancara informal sulit untuk
dikuantifikasikan dan sulit dianalisa.
Wawancara Kerja

Wawancara kerja adalah suatu jenis tahapan dalam seleksi kerja yang
melibatkan percakapan antara pelamar/pencari kerja dengan pihak perwakilan dari
organisasi yang mempekerjakan untuk melihat, apakah calon pekerja merupakan
kandidat yang tepat atau tidak. Sebelum tahap wawancara kerja biasanya didahului oleh
evaluasi rangkuman riwayat hidup tiap pencari kerja, kemudian perusahaan akan
memilih sejumlah kecil kandidat untuk melakukan proses selanjutnya yaitu wawancara
kerja. Sampai saat ini wawancara kerja masih dipandang sebagai salah satu proses yang
paling penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi karyawan potensial yang di
diperlukan oleh perusahaan. Dalam tahap wawancara kerja memungkinkan calon
karyawan untuk dapat mendapatkan informasi seputar budaya kerja dan peraturan-
peraturan dalam sebuah perusahaan.

Sumber :

Hastuti, Nur, Rochimah, Tri dan Junaedi Fajar. 2014. Peliputan dan Reportase Televisi di Lokasi
Bencana: Sebuah Pengalaman dari Merapi 2010. Vol.4 No.1
Nul, Hakim, Lukman. 2013. Ulasan Metode Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit. Vol.4 No.2

Jenis Wawancara dan Reportase

A. Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas menyakan apa saja kepada narasumber tetapi sesuai dengan topik
pembahasan, apabila pertanyaan tidak dibatasi terkadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin
Dalam wawancara ini sudah mempunyai bekal pertanyaan yang lengkap dan terinci
3. Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin mengombinasikan wawancara bebas dengan terpimpin yang
pelaksanaannya sudah membawa bekal tentang apa yang dipertanyakan secara garis besar.
Sedangkan menurut floydg. Arpan dalam toward better communication berdasarkan bentuknya
terdapat tujuh jenis wawancara yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi
2. Wawancara berita
3. Wawancara jalanan
4. Wawancara jalanan
5. Wawancara sambil lalu
6. Wawancara telepon
7. Wawancara tertulis
8. Wawancara kelompok
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu:
1. Wawancara berstruktur
Wawancara yang dilakukan terencana yang berbekal pada daftar pertanyaan yang telah
disisipkan sebelumnya.
2. Wawancara tak berstruktur
Wawancara yang dilakukan dengan tidak adanya bekal daftar pertanyaan.

B. Jenis-Jenis Reportase
Terdapat empat jenis reportase diantara
1. Reportase factual
Reportase faktual hanya mengumpulkan fakta yang tampak atau kongkrit saja, dikarenakan
reprtase faktual bersifat menjelajahi lebih mendalam lagi tentang informasi. Reporatse ini hanya
melihat dari satu dimensi serta mengungkapkan kronologis kejadia yang secara sekilas ciri-
cirinya dilakukan:
a. Melaporkan fakta apa adanya
b. Melaporkan satu dimensi saja
c. Fakta dilihat dengan latar belakang dan kelanjutannya
d. Gaya penulisannya cenderung deskriptif atau narasi
2. Reportase mendalam

Wawancara mengambil informasi dengan fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan jenis reportase ini memerlukan pengalihan informasi bukan opini reporter. Reportase
ini fokus pada upaya penyajian background informasi yang detail. Ciri-cirinya:
a. Fakta lebih mendalam
b. Ada informasi tambahan
c. Hasil laporan secara menyeluruh
d. Adanya topik khusus yang dikupas
e. Memuat penyajian backround informasi yang detail
f. Penyajian lebih banyak berkisah
g. Data yang kuat.
3. Reportase kompeherensif
Reportase ini bersifat mampu menangkap dengan baik dan lengkap serta luas. Reportase ini
melaporkan mengenai fakta peristiwa yang mengangkat suatu topic yang diperbincangkan
masyarakat. Isi dari reportase ini mampu memberikan penjelasan detail kepada pembaca
tentang topik. Ciri-cirinya:
a. Ada topic yang dibahas
b. Menjawab pertanyaan tentang suatu topik itu bisa bergulir
c. Lebih menjelaskan fakta-fakta secara menyeluruh
d. Menambahkan data yang menjelaskan data yang menjelaskan fakta-fakta tersebut
e. Penyajiannya menggunakan news feature
4. Reportase investigasi
Reportase ini adalah laporan yang biasanya memusatkan pada sejumlah masalah. Para
wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi suatu
tujuan. Subjek yang diberitakan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetap tidak
tersingkap. Ciri-cirinya:
a. Ada tujuan yang ingin dicapai
b. Mengangkat topik yang kontroversial
c. Lebih menjawab pertanyaan why
d. Pengerjaannya merupakan kerja sebuah tim
e. Membutuhkan waktu yang lama tidak seperti reportase biasanya
f. Gaya penulisan bisa menggunakan news feature
g. Dilengkapi dengan data yang lengkap untuk mendukung fakta

Sumber :
Junaedi, fajar. 2013. Jurnalisme penyiaran dan reportase televisi. Jakarta:kencana
Nasution, zulkarnaen. 2015. Etika jurnalisme:prinsip-prinsip dasar. Jakarta: pt raja grafindo
Syamsul, asep M. romli. 2009. Jurnalistik praktis. Jakarta: pt remaja rosdakarya

Minggu, 10 Mei 2020

Produksi Siaran Kuis

Program Kuis

Program permainan (game show) sudah sejak lama menjadi media untuk mengeksplorasi naluri manusia terhadap uang, sebab uang selalu menarik. “Pemenangnya menjadi berita dan pusat perhatian, audien berfantasi bahwa mereka akan menjadi pemenang berikutnya”, definisi permainan (game show) sebagai “program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu maupun kelompok yang saling bersaing untuk memenangkan suatu bentuk permainan.” Program 5 permainan biasanya membutuhkan biaya produksi yang relatif rendah namun dapat menjadi acara yang sangat digemari. Quiz show merupakan salah satu bentuk program permainan yang paling sederhana. Sejumlah peserta bersaing menjawab sebuah pertanyaan. Permainan ini menekankan intelektualitas. Peserta yang dilibatkan bisa berasal dari berbagai kalangan. Program kuis harus diselenggarakan dengan adil. Aturan harus diberitahukan secara terbuka dan jelas pada khalayak. Morissan mengatakan, “tidak boleh ada peserta yang sudah terlebih dahulu menerima informasi tentang pertanyaan yang akan diajukan. Dengan atau tanpa sponsor, stasiun radio harus bertanggung jawab atas semua kuis dan undian berhadiah yang disiarkan”. Jika menggunakan fasilitas telepon atau SMS, tarif pulsa yang dikenakan juga harus diberitahukan dengan jelas. “Stations are prohibited from running a contest in which contestants are required to pay in order to play.” (Pendengar tidak perlu mempertaruhkan sesuatu untuk bisa menang.) Syarat lain dari program kuis adalah: tidak mengandung bahaya bagi partisipan, dan hadiah yang spesifik. Publik tidak boleh sampai salah paham terhadap hadiah yang akan diperoleh dari kuis tertentu. Termasuk kejelasan tentang yang berikut ini: prosedur masuk, persyaratan, tenggat waktu, kapan atau apakah hadiah dapat dimenangkan, nilai hadiah, prosedur pemberian hadiah, kriteria pelanggaran prosedur; publik berhak mengetahui semuanya sebelum mengikuti program kuis tertentu. 5. Keberhasilan Program Salah satu kata kunci yang biasa dianggap sebagai bentuk pengakuan keberhasilan sebuah program adalah “menarik.” Raymond Carrol mendefinisikannya dengan “Appeals are the elements within a program that motivate people to watch or listen” (Menarik adalah elemen-elemen dalam sebuah program yang memotivasi orang untuk menonton atau mendengarkan.) Sedangkan menurut Lichty and Ripley “Program appeals 6 can be considered the ways in which the content fulfills people’s needs, drives, and desires.”. (Program yang menarik dapat dianggap sebagai cara di mana konten memenuhi kebutuhan masyarakat, gerakan, dan keinginan)

Sumber : http://www.jurnalkommas.com/docs/jurnal%20ridla%20revisi.pdf
SpongeBob SquarePants

 

© 2016 HASAN ARRIZQI. All rights resevered. Designed by Templateism | Blogger Templates

Back To Top